Januari 2025, The Hitachi Global Foundation kembali mengumumkan para peneliti dari negara-negara Asia yang memperoleh Asia Innovation Award 2024 melalui laman www.hitachi-zaidan.org. Tiga peneliti UGM memenangkan penghargaan ini untuk kategori Best Innovation Award, Outstanding Innovation Award, dan Encouragement Award.
Asia Innovation Award adalah program penghargaan yang telah diluncurkan sejak tahun 2020 oleh Hitachi Global Foundation untuk mendorong perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi yang berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan sosial serta mewujudkan masyarakat berkelanjutan di kawasan ASEAN. Penghargaan diberikan kepada individu dan kelompok yang menghasilkan karya atau inovasi yang memberikan manfaat bagi kepentingan publik dan memiliki visi terhadap masyarakat masa depan yang ideal serta rencana implementasi sosial dari R&D sebagai upaya untuk mendukung pencapapaian SDGs. Pada tahun 2024 Hitachi Global Foundation mengumpulkan penelitian dan pencapaian R&D dari 22 universitas dan 4 institusi di 6 negara ASEAN (Kamboja, Indonesia, Laos, Myanmar, Filipina, dan Vietnam) yang berkontribusi terhadap pencapaian SDGs 12 Responsible Consumption and Production dan SDGs 13 Climate Action.
Prof. Dr. Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc. Guru Besar Bioteknologi Perikanan dan Kelautan di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada mendapatkan penghargaan kategori Best Innovation Award. Inovasi yang diusulkan adalah hasil penelitian yang berjudul “Zero Waste Process of Brown Seaweed, Sargassum sp. for Environmentally Friendly Aquaculture Disease Control and Bio Fertilizer Production”. Mengangkat isu sosial petani ikan yang menghadapi berbagai masalah seperti wabah penyakit ikan yang berdampak pada kerugian ekonomi yang sangat signifikan, penggunaan antibiotik untuk pengendalian penyakit ikan yang berdampak serius pada kesehatan manusia dan lingkungan, kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam penggunaan vaksin, serta kurangnya pasokan pupuk. Penelitian Prof. Alim mengembangkan inovasi pemanfaatan alginate dan fucoidan sebagai imunostimulan dalam akuakultur ikan dan udang dengan metode sederhana melalui suplemen pakan ikan. Penerapan imunostimulan dan vaksin dalam akuakultur merupakan metode ramah lingkungan untuk melawan penyakit yang dapat mengurangi dan menggantikan penggunaan antibiotik.
Penelitian ini berhasil mencapai R&D berupa 3 produk yaitu Imunostimulan, vaksin, dan bio-pupuk; lebih dari 10 publikasi, 4 patent granted, 3 paten terdaftar, serta merek dagang terdaftar: ViVac+. Hasil penelitian ini telah diimplementasikan pada berbagai level usaha dan kelompok petani. Imunostimulan telah diterapkan pada petani ikan skala kecil dan organisasi sosial melalui pelatihan serta uji coba di budidaya ikan. Pelatihan dan aplikasi vaksin berbasis fucoidan pada kelompok petani ikan serta perusahaan kecil dan menengah. Vaksin ini telah didistribusikan ke petani ikan laut untuk meningkatkan sistem kekebalan ikan. Secara komersial, vaksin akan dipasarkan oleh perusahaan swasta berdasarkan MoU yang telah ditandatangani. Implementasi proyek ini juga bekerja sama dengan dinas kelautan dan perikanan di beberapa provinsi. Selain itu, bio-pupuk hasil ekstraksi Sargassum siap untuk diproduksi dalam skala besar. Penelitian ini mendukung pencapaian SDGs 2, 3, 6, 8, 12 14, dan 17.
Kategori Outstanding Innovation Award dimenangkan oleh Rachma Wikandari, S.T.P., M.Biotech., Ph.D. Dosen dan peneliti Fakultas Teknologi Pertanian UGM dengan penelitian “Conversion of Food Industrial by Products to Mycoprotein as Nutritious, Sustainable, and Affordable Alternative Protein to Strengthen Circular Economy and Food Security”. Penelitian ini mengubah limbah ini menjadi mikorotein kaya nutrisi menggunakan jamur benang (filamentous fungi). Sumber protein inovatif dan berkelanjutan ini tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan protein di Indonesia, tetapi juga mengurangi limbah serta meningkatkan nilai tambah hasil sampingan industri pangan melalui prinsip ekonomi sirkular.
Berhasil membudidayakan dan memproduksi mikorotein dari air rebusan kedelai, menghasilkan produk bernutrisi tinggi dengan kandungan protein dan serat yang tinggi, rendah lemak, serta mengandung asam amino esensial lengkap. Penelitian ini juga mendapatkan pengakuan dari IUFoST atas inovasinya dalam ilmu pangan. Penelitian ini telah diimplementasikan dengan menjalin kemitraan dengan UD Super Dangsul, produsen tempe terbesar di Yogyakarta. Inisiatif R&D ini mengubah hasil sampingan industri tempe menjadi mikoprotein berkelanjutan, yang berkontribusi dalam mengatasi kelangkaan protein serta meningkatkan pengelolaan limbah ini mendukung pencapaian SDGs 1, 2, 3, 4 dan 12.
Kategori Encouragement Award diperoleh Prof. drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D. guru besar sekaligus peneliti Fakultas Kedokteran Gigi UGM dengan penelitian berjudul “Development of Versatile Biofunctionalized Biomedical Materials for Infection Control and Immune Modulation towards Adaptive Healthcare Technology”. Penelitian ini berusaha menjawab permasalahan meningkatnya angka infeksi dan penyakit autoimun yang terkait dengan perubahan iklim memerlukan perawatan antibiotik. Penelitian ini telah mengembangkan nanopartikel karbonat apatit (CHA) yang dapat difungsikan secara biologis untuk memberikan respons adaptif terhadap wabah virus dan infeksi lainnya, membantu mengurangi dampak sosial akibat perubahan iklim. Inovasi ini menjadi dasar bagi pengembangan obat dan vaksin masa depan guna menghadapi penyakit yang terus bermunculan. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan dan adaptabilitas masyarakat, membangun jaringan kolaboratif antara industri biomedis dan farmasi, pemerintah, serta akademisi melalui inovasi berkelanjutan, yang berkontribusi terhadap pencapaian SDGs SDGs 3, 8, 9, 11, dan 13.
Tiga penghargaan yang raih oleh peneliti UGM ini menjadi sumbangsih besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dalam memberikan solusi atas permasalahan-permasalahan yang berkembang di masyarakat. Penghargaan ini juga diharapkan dapat menginspirasi para peneliti untuk mengembangkan penelitian di Indonesia yang berakar pada isu-isu lokal yang mendesak, tetapi diselesaikan dengan pendekatan global dan kolaborasi multi-pemangku kepentingan, sehingga menciptakan dampak yang lebih luas dan signifikan bagi masyarakat serta berbagai sektor.