Universitas Gadjah Mada kembali hadir pada kegiatan The Week of Indonesia – Netherlands Education and Research (WINNER) Conference yang berlangsung pada tanggal 24-26 September 2024 di Belanda dengan tema ‘Nurturing Mutually Beneficial Cooperation in Higher Education and Research‘ yang dilaksanakan secara hybrid.
Konferensi WINNER ini sendiri dimaksudkan untuk memajukan penelitian dan pendidikan dalam berbagai topik yang relevan bagi Indonesia dan Belanda, yang berfokus khusus pada Sustainable Development Goals PBB, dimana kegiatan ini menjadi platform bagi para peneliti, pendidik, dan pemangku kepentingan dari berbagai sektor untuk saling mengeksplorasi pekerjaan, bertukar praktik terbaik, dan menjalin peluang kolaboratif secara global.
WINNER Conference yang berlangsung selama tiga hari di berbagai lokasi di Belanda tersebut menampilkan berbagai sesi paralel, pembicara utama, dan peluang jaringan, yang semuanya mengacu pada tema WINNER 2024. Konferensi WINNER dimulai dengan upacara pembukaan yang dibuka oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI Makariem Karim di Den Haag, dengan dihadiri pula oleh Eppo Bruins – Minister of Education, Culture and Science of the Kingdom of the Netherlands, Laksana Tri Handoko dan Prof. Agus Haryono dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN); serta Tatang Muttaqin, S.Sos., M.Ed., Ph.D., Pj Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI.
Salah satu pembicara dari Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Mirwan Ushada, STP. M.App.Life.Sc. sebagai Direktur Penelitian UGM, yang juga tercatat sebagai Profesor di bidang Desain Afektif Teknologi Agroindustri, memaparkan topik ‘Nurturing the Impact of Strategic Partnerships for INUCoST (Indonesia – Netherlands Universities Consortium on Sustainable Futures” mengatakan bahwa UGM telah ditunjuk sebagai Koordinator Indonesia, dan Direktorat Penelitian UGM bersama Direktorat Kerjasama & Relasi Global UGM berkolaborasi menggandeng peneliti muda dari 3 fakultas UGM yaitu Geografi, Biologi dan Ilmu Sosial dan Politik.
Dalam pemaparan sesi berikutnya yang berjudul “Orchestrating Indonesian Universities in INUCoST (Indonesia – Netherlands Universities Consortium on Sustainable Futures), Mirwan menyampaikan bahwa Universitas Leiden, Delft, Erasmus akan menjalin kemitraan strategis dengan konsorsium universitas di Indonesia. Konsorsium ini dibentuk oleh Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, dan Universitas Mulawarman. Diharapkan dengan keterwakilan ini akan memimpin universitas-universitas di Indonesia yang bekerja di bidang yang sama dan saling melengkapi sebagaimana Universitas Leiden, TU Delft dan Erasmus University Rotterdam. “Fokus masa depan yang berkelanjutan bergantung pada keterkaitan antara manusia, lingkungan, dan perpindahan sosial”, ungkapnya.
“Kolaborasi Konseptual kami menggabungkan yang berpusat pada masyarakat, wilayah perkotaan dan wilayah pesisir untuk menyelesaikan permasalahan lokus tertentu, salah satunya adalah Ibu Kota Nusantara (IKN). “Kami menggunakan pendekatan khusus yang mengintegrasikan tri dharma, yang intinya adalah penelitian, yang hasilnya adalah hilirisasi inovasi berbasis industri dan Inovasi berbasis komunitas seperti KKN, pengabdian masyarakat mahasiswa. Dan pemecahan masalah tersebut dapat menjadi bahan ajar pada praktikum S2 dan S1 Minor yaitu MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka)”, jelasnya.
Mirwan menambahkan bahwa akan dilakukan penelitian bersama dengan topik Masa Depan Berkelanjutan dengan penekanan pada beberapa tema yang meliputi lintas disiplin, yakni Ekonomi Hijau, Ekonomi Biru, Teknologi Digital, Pariwisata Kesehatan Unggulan Kemendikbud Ristek RI dan LDE. Pada Batch 3 pertama dengan tema utama Biodiversities and Forest City, Energy Transition and AI dan Smart Cities. Gelombang kedua akan menambahkan studi warisan penting dan pendekatan kesehatan pada topik berbasis sungai.
“Kami menangani 4 faktor untuk membina kemitraan yang berkelanjutan dan saling menguntungkan antara Indonesia dan Belanda; yakni faktor pemberdaya, memelihara produktivitas Hub INUCoST, faktor kunci keberhasilan dan menyambut mitra baru”, pungkasnya.
(Penulis; Tim Ditlit/Foto; Dok. Ditlit).